Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2013

senyum

aku pernah bertanya padamu. saat kau termenung menatap senja di bangku biasa kita duduk menanti reda hujan. dan seperti biasa, halaman parkir mulai kosong dan lampu-lampu mulai redup menyala. "apa yang sedang kau pikirkan, Langit ?" agak lama kau menjawab, masih tercenung menatap langit bercahaya. "aku sedang berandai-andai." katamu tanpa merenggangkan tanganmu yang saling menggenggam. "tentang ?" "aku berandai, jika tubuhku dapat diubah menjadi suatu gelombang. Maka aku ingin mengalir ke masa depan" "apa yang ingin kau lihat di masa depan ?" "kita. aku ingin tahu takdir kita." "aku juga ingin tahu, tapi bukan dengan cara itu." "lalu ?" "aku akan menunggu." "kau tersenyum ?" katamu saat melihatku "ya...aku akan menunggu, menjemput takdir itu dengan cara yang memang telah Dia rencanakan untuk kita" aku balas menatapmu. tersenyum. kau balas senyum.

rindu

kau pasti tak tahu rasaku pagi itu. gelisah satu kata itu saja yang bisa mewakilinya. pagi itu buta.  pesanmu malam sebelumnya seperti menjadi alarm untuk memperingati sebuah hari raya. hari itu bernama : bertemu. mungkin kata bertemu pun tak sepenuhnya tepat. karena kita tak memberikan jadwal dan perjanjian tertentu untuk saling menemukan.  yang kutahu, kau ada di dekatku.  tak sepenuhnya dekat, namun cukup lebih dekat dari sebelumnya. paling tidak aku tahu kita berdiri diatas halaman yang sama, berteduh diatap yang sewarna. kau pasti tak bisa menerka rasaku pagi itu. aku tahu kau pasti tak tahu rasanya, karena kau seketika pergi tanpa kata.

saat-saat

aku masih bisa mengingatnya. satu persatu satu-saat saat kita aku masih bisa mengingatnya, aku mengingatnya dengan hatiku. aku masih hafal dengan irama degub jantungku saat tiap kali saat-saat itu aku masih bisa mengulang senyumanku saat-saat itu saat aku mengingatnya, saat-saat kau dan aku saat-saat aku saat-saat perlahan kau menyediakan punggungmu, menjauh perlahan, untukku menatap itu saa-saat aku hanya tahu hanya saat kau dan aku seatap tanpa saling melihat saat-saat aku mengagumi tiap tetesan hujan tetesan yang mengalunkan ingatan saat-saat aku kamu ..... banyu, kau sungguh seperti namamu. datang perlahan, tetes demi tetes... kemudian membanjir membuncah memenuhi semua ruang segala mata angin lalu deras mengalir dan dalam sekejap hilang menguap