Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

berkali-bertepat

Pernahkah kau menghitungnya ? Pertemuan tak disengaja kita. Beberapa kali. kita tak saling mencari. Namun, menemukan satu sama lain. Pernahkah kau memcoba merasakannya ? Mengulang rasa itu dalam benak ? Kataku, Tak ada yang lebih mendesirkan hati dari ini. Dan Benarkah ? Tak ada yang kebetulan di dunia ini ? Jika, daun yang gugur pun dalam perhitunganNya Apakah pertemuan tak disengaja kita adalah kebetulan ? Tidak, Banyu Kurasa itu disebut dengan kebertepatan. :)

suatu sore dalam hening

Bukankah dia telah benar memilih untuk pergi ? Katamu Suatu hari dari dalam hati Ku amati diam-diam Suara parau dengan kegetiran itu Bukankah dia telah benar pergi untuk pilihannya ? Terdengar lagi katamu Dari balik tirai kelambu yang menjuntai di lensa mata itu. Masih aku mengamati Dengan sedikit menyeret kursi goyang tua ini. Menyeruput sedikit teh nasgitel buatan simbok. Kata-katamu terus kau ulang Semakin parau Semakin tergugu Suatu sore dalam hening.

hujan, telaga dan buku tak bernama

Sore yang syahdu Hujan semenjak matahari meninggi tadi telah ramai membasahi tanah Di sebalik jendela aku membuka-buka halaman demi halaman buku tak bernama Mencari catatan apa yang kiranya dapat ku tuliskan ulang untuk menemani hujanku yang sepi. Tiap lembarannya, Tak bercelah, Semua catatan itu tentang kita. Tentang langit, banyu, hujan, cahaya, rembulan dan secangkir coklat panas. Tak berjeda. Langit, Banyu, Telaga ini mungkin berubah... Mungkin telaga itu tak serupa dengan apa yang selama ini aku ceritakan. Tentang telaga yang tenang, dalam dan diam. Mungkin dulu aku berpikir dia berair kebiruan, Atau dia menyimpan beberapa kano tua yang berharga di ujung dermaga kayunya dan memuat buku-buku sejarah dunia untuk dibaca saat hari cerah. Mungkin, Dan mungkin bayangan itu akan berbeda. Telaga kita, Mungkin akan berair bening, yang warnanya selalu berganti memantulkan cahaya matahari. Tenang dan mengapungkan rakit-rakit sederhana yang kuat, Membiarkan bebera

bunga tidurku, Banyu

Gambar
Banyu, Sepagi aku bertemu denganmu Rasanya sangat menyenangkan Terasa amat bahagia Semacam impian menjadi nyata Pertemuan dengan sisipan rindu Pertemuan yang amat dinantikan Banyu, Rindu ini nyata sekali dia dadaku. Mengendap-endap di dalam lelap Menjelma cerita bunga tidur yang terasa sama nyata Ada rasa yang sangat ingin ku kembalikan pada letaknya semula Yang dulu ku genggam erat Ada kesan yang ingin terulang, seperti dulu hingga syahdu Banyu, Hari ini aku menulis lagi untukmu Sekian jeda membentang jauh Sekian peristiwa kian banyak mengubah Namun lintasanmu, Pada itu aku selalu kembali menuju.

senyum

aku pernah bertanya padamu. saat kau termenung menatap senja di bangku biasa kita duduk menanti reda hujan. dan seperti biasa, halaman parkir mulai kosong dan lampu-lampu mulai redup menyala. "apa yang sedang kau pikirkan, Langit ?" agak lama kau menjawab, masih tercenung menatap langit bercahaya. "aku sedang berandai-andai." katamu tanpa merenggangkan tanganmu yang saling menggenggam. "tentang ?" "aku berandai, jika tubuhku dapat diubah menjadi suatu gelombang. Maka aku ingin mengalir ke masa depan" "apa yang ingin kau lihat di masa depan ?" "kita. aku ingin tahu takdir kita." "aku juga ingin tahu, tapi bukan dengan cara itu." "lalu ?" "aku akan menunggu." "kau tersenyum ?" katamu saat melihatku "ya...aku akan menunggu, menjemput takdir itu dengan cara yang memang telah Dia rencanakan untuk kita" aku balas menatapmu. tersenyum. kau balas senyum.

rindu

kau pasti tak tahu rasaku pagi itu. gelisah satu kata itu saja yang bisa mewakilinya. pagi itu buta.  pesanmu malam sebelumnya seperti menjadi alarm untuk memperingati sebuah hari raya. hari itu bernama : bertemu. mungkin kata bertemu pun tak sepenuhnya tepat. karena kita tak memberikan jadwal dan perjanjian tertentu untuk saling menemukan.  yang kutahu, kau ada di dekatku.  tak sepenuhnya dekat, namun cukup lebih dekat dari sebelumnya. paling tidak aku tahu kita berdiri diatas halaman yang sama, berteduh diatap yang sewarna. kau pasti tak bisa menerka rasaku pagi itu. aku tahu kau pasti tak tahu rasanya, karena kau seketika pergi tanpa kata.

saat-saat

aku masih bisa mengingatnya. satu persatu satu-saat saat kita aku masih bisa mengingatnya, aku mengingatnya dengan hatiku. aku masih hafal dengan irama degub jantungku saat tiap kali saat-saat itu aku masih bisa mengulang senyumanku saat-saat itu saat aku mengingatnya, saat-saat kau dan aku saat-saat aku saat-saat perlahan kau menyediakan punggungmu, menjauh perlahan, untukku menatap itu saa-saat aku hanya tahu hanya saat kau dan aku seatap tanpa saling melihat saat-saat aku mengagumi tiap tetesan hujan tetesan yang mengalunkan ingatan saat-saat aku kamu ..... banyu, kau sungguh seperti namamu. datang perlahan, tetes demi tetes... kemudian membanjir membuncah memenuhi semua ruang segala mata angin lalu deras mengalir dan dalam sekejap hilang menguap

Banyu layar, dermaga Langit

Gambar
selamat malam, Langit aku sudah membaca surat elektronikmu. baru saja, petang tadi selepas maghrib. sebenarnya aku telah menerimanya semenjak pagi, namun aku menunda diri untuk membacanya. ya, terlalu lama kita tak saling menyapa, dan aku butuh mempersiapkan diriku untuk membaca suratmu yang tak bisa kuterka isinya. sejujurnya, kedatangan suratmu -entah- seperti angin musim semi tiba-tiba dan sejukkan dada. ada ucapan puji yang ku ulang berkali. kau menulis suratmu seperti tanpa beban, seperti tak terjadi apapun. kau seperti biasa, bercerita dengan lancar dan bernada bahagia. ya, paling tidak seperti itulah yang kubayangkan saat membaca suratmu. dan itu membuatku tersenyum. kau... bagaimana bisa... Langit, sungguhkah kau tak apa ? aku telah meninggalkanmu tanpa satupun pesan untuk sekian lama. aku tak menghubungimu, tak merespon semua pesanmu, hingga nampaknya kau jengah. tidakkah kau merasa sakit padaku ? paling tidak, menanyakan kenapa ? namun hal itup

Kepastian Langit

Gambar
Banyu,  Para perempuan itu merintihi kekasih mereka Menangisi dan merasa kecewa. Pada lelaki yang mengaku mereka  -memiliki sebuah rasa-. Banyu, mereka sedang bicarakan tentang kepastian. Ya, kepastian. ... Dia bicara perempuan menyukai kepastian, kejelasan atau apalah disebutnya. Aku tak begitu tahu, bentuk apakah kepastian yang mereka harapkan itu. Is it a statement ? Symbol, just like a ring on her finger ? Or something else ? Lalu Banyu, Apakah kau juga berpikir akan memberiku kepastian ? seperti yang dirintihkan perempuan itu ? ... Banyu... tarik sejenak nafasmu... Bagiku, kau tak perlu berbuat apa-apa itu. Aku yakin dengan rasaku, dan itu cukup. Sedangkan tentang kepastian, Bukankah tidak ada yang pasti di dunia ini, Banyu ? Hanya takdir milikNya lah satu-satunya yang berhak atas kata pasti. Bagaimana bisa aku menumpu padamu yang tak pasti sedangkan janjiNya adalah pasti ? So I don’t need your words now, even more

Sepasang Kekasih

Gambar
Selamat sore Langit, Hari ini kau menghujan biru Siang yang panas berubah menjadi sendu Langit, ini sudah minggu ke lima aku berada dalam -rumah- ini. Rasanya berjuta juta. Dari setiap orang, setiap peristiwa, setiap apa yang dilihat, apa yang di dengar, pada setiapnya akan ada pelajaran berharga untuk merenungi makna kehidupan. Kali ini aku bertemu seorang suami yang baik hati. Tiap kali aku melihatnya, aku selalu terharu, selalu takjub, selalu berjuta rasa. Saat sepasang kekasih itu harus sakit salah satu. Seperti sepasang kekasih ini. Usianya tak lagi muda, bercucu satu. Aku melihat laki-laki itu. Duduk di depan kamar istrinya yang sedang dirawat inap. Suami itu bermata lelah, dahinya berkerut, mulutnya melengkung ke bawah, Dia seperti teramat jengah dengan semuanya. Istrinya yang biasa melayani hidupnya, tengah tergolek lemah. Dia mengalami stroke ulang sehingga tak bisa berjalan. Dua kakinya lemah tak bisa digerakkan. Selain itu sang istri mem

cantik..

Gambar
aku teringat, suatu hari kau bertanya meminta komentarku ketika suatu hari kau melihat perempuan itu. kau bertanya, apakah perempuan itu cantik ? rambutnya panjang terurai lembut kakinya jenjang dan ramping kulitnya pucat seperti boneka di etalase toko pakaian lalu ku jawab, cantik kau mengangguk tak lama, kau bertanya lagi, apakah perempuan itu cantik ? seorang wanita muda berjalan membawa tas belanja, perempuan itu sedang bercanda dengan teman-temannya, dia berjilbab warna cerah, wajahnya sedikit menunjukkan timur tengah, hidungnya mancung -semampai- lalu kujawab, cantik.. lalu kau kembali mengangguk kemudian tertunduk.. sambil menatap bayangan dirimu pada sebuah kaca jendela kau berkata, banyak sekali di dunia ini perempuan cantik... Langit, jangan katakan kau merasa gelisah karena aku mengatakan mereka semua cantik. perempuan memang cantik, sayang... semua perempuan menjalani garis hidupnya menjadi cantik. namun, kecantikan seseorang itu relatif dan s

#p

kadang aku hanya memandang dengan nanar, membaca dengan takjub, merasakan dengan syahdu, berharap dengan khusyu' a home for my heart

pagi tergesa

pagi ini aku terbangun dengan tergesa, ku lihat jam di ponsel menunjukkan pukul 5.48 am aku belum sembahyang aku berjalan ke kamar mandi sambil menggerutui diri sendiri saat ku buka jendela kamar, cahaya telah memenuhi langit, memenuhi kebun, dan memenuhi kamarku... dalam hati bertanya, "masih adakah malaikat yang akan mencatat sembahyangku sesiang ini?" pagi ini begitu dingin, pukul 6. 26 am ketika aku meniupkan nafas di udara, nampak kepulan asap yang keluar dari mulut, mungkin karena semalam hujan lebat dari kejauhan samar terdengar murottal qur'an. hal yang sangat khas terjadi saat ada orang yang meninggal dunia. seorang tetangga desa meninggal kemarin sore setelah terjatuh, dia koma 3 hari sebelum izroil datang ... tiba tiba meresap rasa senyap dalam dada... kematian, ... tik tok tik tok hening tik tok tik tok ... drama kematian hampir setiap hari ku dengar, namun tak pernah bisa kujelaskan tentang hadirnya perasaan senyap yang selalu