Postingan

hujan

 hujan hujan yang datang tak hanya membawa air, dia membawa banyak do'a dan rapalan tentang kesyukuran tentang kenikmatan jatuh menjatuhkan diri berpasrah pada arahan Tuhan.

Semilir

Angin sejuk menerpa menyelinap dari celah jendela Langit yang biru muda membentang luas hingga di balik bukit Burung-burung kecil terbang dan berkicauan menyambut para petani mengolah sawah. Sebentar lagi, padi akan bersemi, Bukit bukit yang tertutup pinus yang lebat, Rumput bergoyang perlahan. Rasa damai apakah ini, Tuhankah yang mengirimkan cuaca seindah ini hari ini ? Tahukah Ia bahwa hati gulana semenjak malam Ingin menghiburkukah Ia hadirkan begitu takjub cuaca. Bukankah semalah hujan deras ? Dan kemarin pagi kabut tebal, awan mendung dan gerimis mewarnai. Seperti 2 musim yang berbeda. Tuhan, Nampaknya benar, Kau Tahu isi hatiku. Kenapa ada kesedihan dan kegelisahan yang tiba-tiba datang. Apakah karena kuterlewat lelap semalam ? Apakah karena tak jadi kujumpai Kau lebih awal ? Apakah karena dada ini terasa berlubang dalam dan besar saat kulewatkan 1 pertemuan ? Jika ya, Maka bersyukurlah hamba. Atas rasa kehilangan dan kegelisahan yang Kau berikan, atas

hilang

rasa yang dalam mengambang dan mendengung di kepala kau tahu kah rasa kehilangan itu ? ketika dadamu terasa kosong namun sesak. ruang hampa yang menyesakkan ketika hatimu terasa berlubang sekuat kuat kau menutup, tapi tak jua rasa itu hilang ketika arah hidupmu terasa buram, buyar dan mengawang-awang kau sipitkan mata berkali-kali tak juga jelas pandangan rasa kehilangan selalu menyisakan syahdu bukan, banyu ? kau kisahkan padaku dulu saat kau kehilangan guru terbaikmu. yang selalu kau ikuti kemanapun Ia pergi. yang selalu kau cermati setiap kata yang keluar dari mulutnya yang selalu kau renungkan setiap perilakunya. banyu, kehilangan guru kehidupan memang berat. seberat itu aku menyaksikanmu tertunduk layu disudut dekat pagar, bahan mendekatinya pun kau tak mampu. tak ingin percaya bahwa ia benar-benar pergi selamanya. banyu, tak sejiwapun di dunia ini akan selamanya. sekalipun Ia ta pergi, maka kau yang akan meninggalkannya terlebih dahulu. semua hanyal

Doa yang Ia menangkan

Sore yang teduh mengantarkan senja berlalu Gadis di seberang jalan itu berdiri menanti kendaraan berlalu lalang. Jilbabnya berkibar ringan Pesannya dua hari lalu : "Aku pingin ketemu, ngobrol-ngobrol" Aku sudah menunggunya di seberang jalan sejak 15 menit yang lalu sambil menanti antrian tempat duduk kafe yang masih ramai. "Udah lama ?" Belum jawabku dengan menggeleng. Dia menarik tanganku mencari bangku kosong Percakapan basa-basi mulanya. Menanyakan kabar, kegiatan, beberapa teman yang saling kenal. "Aku mau nanya..." akhirnya. Katanya menggantung menanti persetujuan Lalu aku mengangguk "Kenapa kamu menolak dia ?" Menolak ? Ohh yang benar saja... ini yang ingin dia bahas. Tak lama pesanan datang dan kami mulai makan. Dan pikiranku beterbangan tentangmu. Bagaimana harus kujelaskan keadaan kita ? Mungkin terasa ganjil gadis itu, Kita Dua orang yang saling menginginkan, melewati masa indah bernama saling jatuh cinta, merasak

Seumur Hidup

Pagi ini membuka mata. Menemukan pesan istimewa. Dari dia tentu saja. Dua kepala dan dua kepribadian. Dua keluarga dan dua pendidikan. Dua motivasi dan satu tujuan. Kira-kira begitu. Dua yang menjadi satu bersama. Berteman dengan dinamika. Jiwa, dunia, usia. Aku belajar. Kamu belajar. Kita belajar untuk terus dan terus dan terus untuk saling. Saling bergandengan dengan semua dinamika. Belajar seumur hidup. Menggandeng tanganmu sampai sisa umurmu. Kau gandeng tanganku sampai sisa umurku. Entah siapa yang akan melepas lebih dulu.

Ulang Tahun Termanis (First love part 1)

My first love... Hari ulang tahunku... Dua belas dua belas yang ke tiga belas. Hari itu seperti hari biasa saja. Kecuali perasaan senang saat membuka mata di pagi hari. karena aku semakin dewasa. Dewasa. Adalah kosa kata yang terus terus terngiang di telingaku. Seolah meminta dikejar secepat kilat. Karena aku ingin segera menjadi dewasa. Siang hari sepulang sekolah, Sepucuk surat diantar oleh bapak kepala dukuh. " kepada : dik Annisa Ratnaningrum ...... " Untukku kah ? Lalu kubalik surat itu dengan berdebar. Kemudian tiba-tiba dadaku sesak, seperti terisi begitu banyak udara. Kupandangi dan kubaca perlahan. Surat ini berasal darinya. Tulisan tangan ini tak bisa diragukan lagi. Langkahku menjadi ringan, berjalan pin seolah melompat. Berlari apalagi... Saat mendebarkan adalah ketika membuka surat itu. Seekor tikus yang lucu, berjalan diatas bumi yang kecil, memakai topi kerucut dan kedua tangannya mengusung sebiah nampan berisi kue ulang tahun yang bertump

Nyanyian Magic

Sekali lagi ini tentang mimpi. haai selamat datang.. my new life ( I wish) ketika menulis ini sebagian dari diri saya terhanyut pada masa-masa SMA. ketika itu, musim buku Abang Andrea Hirata merajalela. termasuk saya. yang terbuai dengan semangat yang sendu untuk bermimpi setinggi-tingginya. tidak takut dan terus berharap. menyempatkan waktu berlama-lama untuk ditemani buku tulis dan pena, menuliskan mimpi dan harapan masa depan. itu, lebih dari 5 tahun yang lalu. bahkan sebenarnya mendekati angka 10 tahun yang lalu. saya senang masih mengingatnya. juga saya senang masih dapat merasakan debaran jantung saya saat hujan datang dan berlarian mengejar bis kota, berlomba dengan matahari senja sebelum ia tenggelam. sekarang disaat saya menulis, saya pun masih teringat, ketika laskar pelangi di filmkan.. lalu, muncullah soundtrack yang menggetarkan ituu... saya jadi teringat, disaat matahari belum tinggi dari meredian dan ketika mereka akan kembali bercumbuan. ketika melangkah