Nyanyian Magic

Sekali lagi ini tentang mimpi.

haai selamat datang..
my new life ( I wish)

ketika menulis ini sebagian dari diri saya terhanyut pada masa-masa SMA.
ketika itu, musim buku Abang Andrea Hirata merajalela.
termasuk saya.
yang terbuai dengan semangat yang sendu untuk bermimpi setinggi-tingginya.
tidak takut dan terus berharap.
menyempatkan waktu berlama-lama untuk ditemani buku tulis dan pena, menuliskan mimpi dan harapan masa depan.

itu, lebih dari 5 tahun yang lalu. bahkan sebenarnya mendekati angka 10 tahun yang lalu.
saya senang masih mengingatnya.
juga saya senang masih dapat merasakan debaran jantung saya saat hujan datang dan berlarian mengejar bis kota, berlomba dengan matahari senja sebelum ia tenggelam.

sekarang disaat saya menulis, saya pun masih teringat,
ketika laskar pelangi di filmkan..
lalu, muncullah soundtrack yang menggetarkan ituu...
saya jadi teringat, disaat matahari belum tinggi dari meredian dan ketika mereka akan kembali bercumbuan.
ketika melangkahkan kaki lelah, menggendong tas yang berat, menenteng buku yang baru kali itu saya lihat ada ukuran super tebal dan besar. tentu sambil menahan lapar yang menggeliat di perut.
sambil bernyanyi...

mimpii... adalah kunci....

setiap 3 kata itu saja sudah keluar dari mulut, lelah yang menggelayutpun ikut surut.

kata seorang penulis favorite saya, buku andrea tidak benar-benar bagus. bukan seorang penulis yang baik. dan sederet kritik yang lainnya.

mungkin mereka menganggap saya korban.

ya, bisa jadi buku sebenarnya sama saja.
dia akan sesuai dengan siapa yang membacanya.
bagi saya, serial laskar pelangi sangatlah bermakna.
mungkin salah satunya karena buku itu tiba di tangan saya di saat yang tepat.
ketika kedua tangan saya mengais mencari makna tentang masa depan.
hingga saat ini, saya masih ingat betul cerita di dalamnya.

mungkin buku seperti sebuah do'a.
do'a dimana saja sama. dengan berbagai bahasa pun maknanya sama.
yang berbeda adalah siapakah yang membaca.
semakin dekat ia dengan Tuhan, do'a itu akan semakin didengar.
semakin banyak kebaikan ia lakukan, semakin do'a itu dikabulkan.
semakin jauh dan hina seseorang, semakin rendah do'a itu bisa terbang ke langit.

kini, setelah hampir 10 tahun yang lalu.
terasa amat dekat.
masih terasa dekat.

sebagian mimpi itu terwujud, meski dengan kebimbangan yang membingungkan.
meski dengan air mata yang bercucur dimana-mana.
dengan kesalahan-pelajaran fatal yang bertumpuk-tumpuk.
maka, here Iam.
a doctor.

gelar yang ditunggu.
gelar ini bukan milik saya sepenuhnya.
gelar ini untuk kedua orang tua, untuk kedua -bahkan keempat- kakak saya.
untuk saudara-saudara saya.
untuk teman-teman.
bahkan mungkin untuk siapa saja yang tak saya kenal yang bercita-cita menjadi dokter,
namun Allah belum mengizinkan.

sebenarnya jika benar-benar ditanya.
apakah mimpimu sesungguhnya.

Saya hanya ingin menjadi diri sendiri yang bermanfaat bagi orang lain.
sehingga, sebelum saya bermanfaat dan dimanfaatkan oleh orang lain,
sebelum manfaat yang saya miliki saya "jual" kepada orang lain,
Saya ingin menjadi dirisendiri terlebih dahulu.
menjadi sosok yang ingin saya jadikan sebagai saya.
yang setiap kali saya bercermin, saya akan melihat saya.
yang setiap kali disebut nama saya, saya akan terbayang diri saya sendiri.
yang setiap kali saya bertindak, saya tahu itu keinginan dan tanggung jawab saya.
yang setiap kali saya berencana, saya tahu, tujuan dan arah dari semua rencana itu.

ya, sebenearnya tulisan ini adalah tentang saya.
Saya yang sudah melewati lebih dari setengah jalan menuju impian.

tapi ketika suatu hari kau menapakai jalan yang tak sepenuhnya kau inginkan dan kau sadari. akan terasa sulit. untuk memahami siapa dirimu lagi.

itu terjadi pada saya.
dan setiap kali saya membicarakannya dengan orang di sekitar, mereka berkata sudah bukan waktunya.
Jalan yang sudah kau pilih adalah tanggung jawab untuk kau jalani dan selesaikan.

Maka sekarang disinilah saya.
di sebuah rumah sakit, menggunakan jas berwarna putih, mengalungkan stetoskop pink yang kumal.
sekarang disinilah saya.
berkat dari sembah sujud dan airmata kedua orang tua. Buah dari kesabaran seluruh keluarga. Mekaran dari keteguhan untuk tetap menjalani proses yang terasa panjang.

Bahkan saat ini, saya masih harus amat sangatlah banyak belajar.
Banyak waktu yang saya buang percuma, dulu.
banyak hal tak penting yang saya jejalkan ke dalam otak, hingga semua titah gurunda-gurunda dahulu lenyap tak mendapat tempat.

Izinkanlah saya belajar lagi, di rimba raya ini.
mengambil langkah diawali basmalah.
dan sedikit terpekik riang menyanyikan syair yang magic. 

... mimpiii... adalah kunci ...

Oya, kalian tahu nasyid berjudul tekad ? Dari izzatul islam. Seringkali saya nyanyikan diantara airmata saat seolah tak mampu lagi melanjutkan studi.

"Kami sadari jalan ini, kan penuh onak dan duri. Aral menghadang dan kezoliman yang akan kami hadapi. Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati. Jasad ini darah ini. Sepenuh ridlo Ilahi."

Karena menuntut ilmu adalah wajib, karena menuntut ilmu adalah jihad bagi seorang murid.
Aral dan kezoliman yang datang dari diri sendiri, syahwat pribadi, bermalasan dan melepas tangan penuh kelalaian.

Semoga Allah senentiasa mengalirkan rahmatNya kepada kita semua.

Terimakasih sudah membaca.
:)

Regards from me

Komentar

  1. Jika mereka bilang ini bukan saatnya membicarakan dirimu sendiri, kebalikan denganku bib. Menurutku, pertanyaan itu justru akan semakin teras terdengar dalam hati kita, saat kita semakin dekat dengan 'takdir kita'. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

aku dan pujianmu malam ini..

berkali-bertepat

sederhana yang hebat