Rasa yang Menjagamu

Aku tak bisa melupakan hari itu.
Hari ketika pertama kalinya kau mencairkan kristal hatimu.

"aku mulai meragukan tentang kita" katamu seketika. 
Dan membuatku langsung menutup buku kuno yang sedang kubaca.
Ruang diskusi perpustakaan yang senyap ini seakan riuh dengan keresahanmu, kita.

"ada apa ?" tanyaku sedikit terkejut
"aku ragu..." katamu lagi dengan suara mulai melemah.
Kau menundukkan kepala, menyembunyikan mata yang mungkin kau takut terbaca.

"kau meragukanku ?" tanyaku lagi
... lama jawabmu,
Kau sungguh membuatku cemas...

"bukan...tapi...aku meragukan diriku sendiri..." kali ini sungguh aku melihat air mata itu mengalir.
"aku meragukan diriku..." katamu mengulangi.

Jujur saja, baru kali ini kau menangis, dan aku sedikit kaku juga bingung harus berkata apa..
Dan tangisanmu belum berhenti.
Sembari mengusap airmata kau berjalan menuju jendela, 
membuka daun pintu yang mengalirkan angin, 
mengibarkan tirai putih di sampingmu

"aku ragu Banyu, aku ragu pada diriku sendiri. Aku merasa bahwa aku berbeda darimu" kau sungguh nampak tak tenang.
"Sudah pernahkah kau ku beritahu jika bagiku kau seperti telaga ? Ya, kau bagai telaga yang tenang dan aku begitu takut mengusikmu, aku takut merusak suasana hatimu, aku begitu...." kata-katamu tak selesai, terhambat gusar yang menggulung dalam dirimu. 

Aku mengubah letak dudukku, bersandar memandang langit di balik jendela.

"kau sangat menjagaku. tapi bagaimana jika aku sendiri yang tak mampu menjaga diriku ?" 

Pertanyaanmu seperti huruf-huruf yang menggantung di udara. 
Aku sulit menyusunnya, sulit menjawabnya. 
Dan sekali lagi, kau menangis, bahkan kali ini air matamu lebih deras.

Sejenak kemudian kau pergi meninggalkanku.
Sendiri diruangan itu. 
Kau tinggalkan aku dengan pertanyaanmu yang masih berserakan tak tertata dalam benakku.

....

Langit, 
aku tak tahu apakah pikiranku saat ini seperti apa yang ingin kau maksudkan untukku.
yang mampu kupahami dari seluruh dirimu saat itu, dari bicaramu, ekspresimu, susunan kata-katamu.
aku tahu kau sedang takut mengecewakanku.
kau mempedulikan perasanku.
dan perasaan itu tengah memenuhi dirimu.

tapi Langit, 
tak peduli dengan ketakutan tentang kita, 
ada satu hal yang aku ingin kau tahu dan kau resapkan dalam benakmu dalam-dalam...

tolong dengarkan aku...

sadarkah kau bahwa kesedihan yang kau rasakan karena takut mengecewakanku tak ada harganya ?
karena sebenarnya yang paling perlu kau takuti adalah rasa malumu sendiri. 
masihkan ia ada dalam dirimu Langit ?
sebuah rasa yang membuatmu tercegah dari hal-hal yang buruk, 
dari berkelakuan buruk bahkan berpikir dan berniat buruk.
rasa malu yang akan menjagamu Langit, 
dia adalah anugerah terbesar dari Tuhan untukmu.

pernah suatu pagi kudengar guruku berkata,
Jika Tuhan telah mencintai seorang manusiaNya, maka Dia akan menjadi mata bagi pandangannya, menjadi telinga untuknya mendengar, menjadi kaki untuk melangkah dan tangan untuk bertindak. Tuhan ada dalam dirinya, begitu dekatnya. jauh lebih dekat dari pada nafasmu sendiri.

kau, 
jagalah dirimu dengan rasa itu.
entah, aku hanya percaya bahwa kau bisa 

dan telaga ini akan segera menemukan ketenangannya kembali 
:)



the music here

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sederhana yang hebat

Saat-saat Aku Tidak Membela Ibu (piece 1)