menjaga langit
Senja itu mulai menggelap dan hujan baru saja reda, menyisakan tetesan air dari genting yang basah.
Sore itu kau nampak sendu, berwajah duka durjana seperti tak punya darah. Pucat.
Aku mendekatimu, duduk di sebelahmu.
Kau dan aku, hanya tetap terdiam menatap halaman parkir yang mulai kosong.
Lembayung memang membawa romantisme tersendiri bagi komplek gedung ini.
...
" Banyu..." katamu memecah kebisuan
" Ya..." hanya begitu jawabku, masih lurus memandang ke depan.
ah.. mungkin memang tatapan mata tak pernah benar-benar kita butuhkan (saat ini). Aku tahu isi hatimu, aku dapat merasakan getaran kegelisahanmu.
Lama...
Kutunggu tak juga kau melanjutkan apa yang ingin kau katakan.
Samar, ku dengar tarikan nafasmu yang panjang dan berat.
ada apa gerangan ?
Tapi aku mengerti,
Kau selalu begitu Langit,
Setiap kali kesedihan melandamu, kau selalu bertapa dalam diam, menangispun tidak.
Terkadang aku tergoda untuk bertanya, ada apa sebenarnya.
Namun aku tak pernah sanggup mengusik keheninganmu. Cara yang mungkin kau lakukan untuk mengkristalkan rasa.
Mungkin, hanya mungkin..
Mungkin kesedihan yang teramat dalam telah merenggut banyak hal darimu, bahkan air mata.
Maka menjelmalah kau bak porselen yang kaku, kosong dan rapuh.
Masih,
Empat puluh lima menit beberapa detik telah berlalu.
Dan kau masih duduk disampingku beberapa jengkal.
Begitupun, keromantisan tak pernah terukur dari dekatnya raga bukan, Langit ?
" Banyu..." panggilmu kedua kalinya
" Hmm.. " gumamku
" Makasih ya udah nemenin, i feel much better now..." katamu kali ini yang sepertinya sambil tersenyum
" Sama-sama..." kataku tulus,
Kemudian kita melangkah pergi, menuju kendaraan kita masing-masing. kembali pada habitat kita masing masing.
Sebelum melaju, kau berucap salam dan tersenyum padaku.
Dan wajah itu telah kembali merona
Aku pun tersenyum, terpesona
Begitulah Langit,
Mungkin begitulah caraku untuk menjagamu
Aku tak ingin menghentikan kesedihanmu ataupun mempercepatnya.
Biarlah kesedihan itu merawat lukamu, membersihkan kotornya...
Sejenak, sebentar saja pedih itu...
Dan hatimu kan kembali meronakan kejernihannya
Karena Langit,
Sedih ataupun tawa takkan pernah selamanya...mereka selalu datang silih berganti.
Dan pertemuan kita sore itu,
Semakin menguatkan tekadku untuk menjagamu,
Muliamu, indahmu, pesonamu, kekuatanmu...
Kelak, apa yang akan kita jalani bersama akan tetap menjadi timbangan kita masing masing...
Maka aku ingin kau tetap menjadi kuat, jangan bersandar padaku, aku takkan sepenuhnya mampu...
Kuatlah!
Karena kelak, ku ingin menjemput pertemuan kita di ruang yang abadi
:)
music long vacation : silent emotion
Sore itu kau nampak sendu, berwajah duka durjana seperti tak punya darah. Pucat.
Aku mendekatimu, duduk di sebelahmu.
Kau dan aku, hanya tetap terdiam menatap halaman parkir yang mulai kosong.
Lembayung memang membawa romantisme tersendiri bagi komplek gedung ini.
...
" Banyu..." katamu memecah kebisuan
" Ya..." hanya begitu jawabku, masih lurus memandang ke depan.
ah.. mungkin memang tatapan mata tak pernah benar-benar kita butuhkan (saat ini). Aku tahu isi hatimu, aku dapat merasakan getaran kegelisahanmu.
Lama...
Kutunggu tak juga kau melanjutkan apa yang ingin kau katakan.
Samar, ku dengar tarikan nafasmu yang panjang dan berat.
ada apa gerangan ?
Tapi aku mengerti,
Kau selalu begitu Langit,
Setiap kali kesedihan melandamu, kau selalu bertapa dalam diam, menangispun tidak.
Terkadang aku tergoda untuk bertanya, ada apa sebenarnya.
Namun aku tak pernah sanggup mengusik keheninganmu. Cara yang mungkin kau lakukan untuk mengkristalkan rasa.
Mungkin, hanya mungkin..
Mungkin kesedihan yang teramat dalam telah merenggut banyak hal darimu, bahkan air mata.
Maka menjelmalah kau bak porselen yang kaku, kosong dan rapuh.
Masih,
Empat puluh lima menit beberapa detik telah berlalu.
Dan kau masih duduk disampingku beberapa jengkal.
Begitupun, keromantisan tak pernah terukur dari dekatnya raga bukan, Langit ?
" Banyu..." panggilmu kedua kalinya
" Hmm.. " gumamku
" Makasih ya udah nemenin, i feel much better now..." katamu kali ini yang sepertinya sambil tersenyum
" Sama-sama..." kataku tulus,
Kemudian kita melangkah pergi, menuju kendaraan kita masing-masing. kembali pada habitat kita masing masing.
Sebelum melaju, kau berucap salam dan tersenyum padaku.
Dan wajah itu telah kembali merona
Aku pun tersenyum, terpesona
Begitulah Langit,
Mungkin begitulah caraku untuk menjagamu
Aku tak ingin menghentikan kesedihanmu ataupun mempercepatnya.
Biarlah kesedihan itu merawat lukamu, membersihkan kotornya...
Sejenak, sebentar saja pedih itu...
Dan hatimu kan kembali meronakan kejernihannya
Karena Langit,
Sedih ataupun tawa takkan pernah selamanya...mereka selalu datang silih berganti.
Dan pertemuan kita sore itu,
Semakin menguatkan tekadku untuk menjagamu,
Muliamu, indahmu, pesonamu, kekuatanmu...
Kelak, apa yang akan kita jalani bersama akan tetap menjadi timbangan kita masing masing...
Maka aku ingin kau tetap menjadi kuat, jangan bersandar padaku, aku takkan sepenuhnya mampu...
Kuatlah!
Karena kelak, ku ingin menjemput pertemuan kita di ruang yang abadi
:)
music long vacation : silent emotion
Komentar
Posting Komentar