Banyu.Jeda.Langit
selamat pagi Langit
langit pagi ini cerah ya ? apakah secerah hatimu ?
aku tak tahu, hanya berharap begitu adanya.
ya, sudah lama kita tak bersua, bahkan tak juga bersapa.
sejak obrolan kita hari itu kita tak lagi saling menghubungi.
Langit, kata-katamu ada benarnya juga.
lagi lagi tentang empat huruf
K.I.T.A
meski kau selalu mengawalinya dengan berkisah tentang buku yang baru kau baca. atau pelajaran yang baru kau dapat. atau juga kegelisahanmu setelah membaca koran.
dan aku selalu merindukan momen kita saling bicara.
karena mungkin bagiku, itulah inti dari apa yang kita bangun.
dan itu juga yang mempertahankan kita.
bicara.
...
kau berkata bahwa manusia itu makhluk dinamis,
berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain yaitu malaikat dan setan
kau bilang, kau membacanya dari buku gurumu yang kau datangi setiap sebulan sekali.
setan adalah makhluk statis, dimanapun dia berada bahkan di dalam rumah ibadah sekalipun dia akan menggoda manusia. begitupun dengan malaikat, dia juga statis, diantara para pezina dan koruptor sekalipun dia tidak akan tergoda untuk membuat dosa.
aku bertanya, lalu manusia ?
kau jawab bahwa manusia dinamis, tuhan memberinya kesempatan untuk memilih untuk mengikuti rayuan setan atau menuruti fitrah kebenaran.
lalu kau berkata lagi tentang being rational man.
rational man adalah bahwa setiap manusia pada dasarnya lebih memilih sesuatu yang menguntungkan baginya.
terus ?
jika manusia dinamis, maka dia selalu berubah setiap saat.
jika manusia rasional, maka dia akan selalu memilih yang menguntungkan baginya
dan jika keduanya digabungkan, maka keinginan manusia selalu berubah.
hemm, kau selalu memberiku pertanyaan pada menjelang akhir percakapan kita.
dan terimakasih atas pertanyaanmu.
artinya kau mempercayakan kesimpulan itu ada padaku.
walau kurasa kau berlebihan, tapi kau bilang itu adalah salah satu peran yang harus ku jalani kelak.
ya, aku suka itu.
...
dan akhirnya kita membuat jeda,
membuat antara.
sebuah kekosongan yang kita butuhkan.
bukan pemisah.
namun penghubung.
layaknya spasi yang menghubungkan dua kata agar terbaca.
begitu,
coba kita buktikan
apakah waktu yang membawa aku dan kau menjadi berbeda juga akan menjadikan kita berbeda dan tak lagi mampu beriringan.
mungkin memang kalimat klise,
namun sampai saat ini belum ada yang menggugat kebohongan kalimat ini
sampai jumpa lagi Langit :)
langit pagi ini cerah ya ? apakah secerah hatimu ?
aku tak tahu, hanya berharap begitu adanya.
ya, sudah lama kita tak bersua, bahkan tak juga bersapa.
sejak obrolan kita hari itu kita tak lagi saling menghubungi.
Langit, kata-katamu ada benarnya juga.
lagi lagi tentang empat huruf
K.I.T.A
meski kau selalu mengawalinya dengan berkisah tentang buku yang baru kau baca. atau pelajaran yang baru kau dapat. atau juga kegelisahanmu setelah membaca koran.
dan aku selalu merindukan momen kita saling bicara.
karena mungkin bagiku, itulah inti dari apa yang kita bangun.
dan itu juga yang mempertahankan kita.
bicara.
...
kau berkata bahwa manusia itu makhluk dinamis,
berbeda dengan makhluk Tuhan yang lain yaitu malaikat dan setan
kau bilang, kau membacanya dari buku gurumu yang kau datangi setiap sebulan sekali.
setan adalah makhluk statis, dimanapun dia berada bahkan di dalam rumah ibadah sekalipun dia akan menggoda manusia. begitupun dengan malaikat, dia juga statis, diantara para pezina dan koruptor sekalipun dia tidak akan tergoda untuk membuat dosa.
aku bertanya, lalu manusia ?
kau jawab bahwa manusia dinamis, tuhan memberinya kesempatan untuk memilih untuk mengikuti rayuan setan atau menuruti fitrah kebenaran.
lalu kau berkata lagi tentang being rational man.
rational man adalah bahwa setiap manusia pada dasarnya lebih memilih sesuatu yang menguntungkan baginya.
terus ?
jika manusia dinamis, maka dia selalu berubah setiap saat.
jika manusia rasional, maka dia akan selalu memilih yang menguntungkan baginya
dan jika keduanya digabungkan, maka keinginan manusia selalu berubah.
"Banyu, aku manusia dan kau juga.
setiap hari aku berubah.
peristiwa, lingkungan dan manusia manusia baru yang dibawa waktu akan selalu mengubahku. mengubah bagaimana aku berpikir, bertindak dan pandanganku memiliki semakin banyak sudut. dan yang pasti juga jasadku berubah, juga milikmu.
apakah itu juga akan mengubah kita ?"
hemm, kau selalu memberiku pertanyaan pada menjelang akhir percakapan kita.
dan terimakasih atas pertanyaanmu.
artinya kau mempercayakan kesimpulan itu ada padaku.
walau kurasa kau berlebihan, tapi kau bilang itu adalah salah satu peran yang harus ku jalani kelak.
ya, aku suka itu.
...
dan akhirnya kita membuat jeda,
membuat antara.
sebuah kekosongan yang kita butuhkan.
bukan pemisah.
namun penghubung.
layaknya spasi yang menghubungkan dua kata agar terbaca.
begitu,
coba kita buktikan
apakah waktu yang membawa aku dan kau menjadi berbeda juga akan menjadikan kita berbeda dan tak lagi mampu beriringan.
mungkin memang kalimat klise,
namun sampai saat ini belum ada yang menggugat kebohongan kalimat ini
kita seperti sepasang sepatu. kita tak bergerak bersamaan dan sama, kita harus berjalan bergantian agar tetap seimbang. kita juga tak sepenuhnya berukuran simetri, karena kita menyesuaikan peran dan tugas kita masing-masing.kita memang harus berbeda, tak boleh sama. dan kita harus terus berjalan, mengubah setting hidup kita agar "sepatu" ini tak menjadi soak sia-sia. bukankah memang sepatu diciptakan senyaman mungkin untuk berjalan bahkan berlari? bukan sekedar berdiri di tempat, Langit ?
Sayangnya Dhennis, sepatu jika salah satunya rusak, maka keduanya tidak dapat dipakai, meskipun pasangannya masih bagus sekali. Karena mereka 'Sepasang'.
BalasHapusMungkin, seperti 'KITA' yang jika salah satunya rusak, maka keduanya tidak dapat berfungsi. Maka tidak akan ada lagi KITA. :D