Aku tak bisa melupakan hari itu. Hari ketika pertama kalinya kau mencairkan kristal hatimu. "aku mulai meragukan tentang kita" katamu seketika. Dan membuatku langsung menutup buku kuno yang sedang kubaca. Ruang diskusi perpustakaan yang senyap ini seakan riuh dengan keresahanmu, kita. "ada apa ?" tanyaku sedikit terkejut "aku ragu..." katamu lagi dengan suara mulai melemah. Kau menundukkan kepala, menyembunyikan mata yang mungkin kau takut terbaca. "kau meragukanku ?" tanyaku lagi ... lama jawabmu, Kau sungguh membuatku cemas... "bukan...tapi...aku meragukan diriku sendiri..." kali ini sungguh aku melihat air mata itu mengalir. "aku meragukan diriku..." katamu mengulangi. Jujur saja, baru kali ini kau menangis, dan aku sedikit kaku juga bingung harus berkata apa.. Dan tangisanmu belum berhenti. Sembari mengusap airmata kau berjalan menuju jendela, membuka daun pintu yang mengalirkan angin, mengibarkan ...
Sekali lagi ini tentang mimpi. haai selamat datang.. my new life ( I wish) ketika menulis ini sebagian dari diri saya terhanyut pada masa-masa SMA. ketika itu, musim buku Abang Andrea Hirata merajalela. termasuk saya. yang terbuai dengan semangat yang sendu untuk bermimpi setinggi-tingginya. tidak takut dan terus berharap. menyempatkan waktu berlama-lama untuk ditemani buku tulis dan pena, menuliskan mimpi dan harapan masa depan. itu, lebih dari 5 tahun yang lalu. bahkan sebenarnya mendekati angka 10 tahun yang lalu. saya senang masih mengingatnya. juga saya senang masih dapat merasakan debaran jantung saya saat hujan datang dan berlarian mengejar bis kota, berlomba dengan matahari senja sebelum ia tenggelam. sekarang disaat saya menulis, saya pun masih teringat, ketika laskar pelangi di filmkan.. lalu, muncullah soundtrack yang menggetarkan ituu... saya jadi teringat, disaat matahari belum tinggi dari meredian dan ketika mereka akan kembali bercumbuan. ketika melangkah...
Saya teringat, seringkali motivator menyarankan pada kita untuk membuat list impian. Tujuannya untuk menjadikannya "real" keluar dari awang-awang pikiran yang mudah sekali terlupakan. Saya sangat setuju dengan gagasan tersebut. Suatu kali saya mencoba tantangan Marwah Daud Ibrahim untuk menuliskan 100 keinginan yang akan kita wujudkan. Dan ternyata sulit juga untuk menemukan keinginan-keinginan tersebut. Ternyata setelah kita mencoba "merealisasikan" dalam bentuk tulisan, mencernanya dan melerainya satu persatu dan hasilnya sangat memalukan. Campur-campur tidak beraturan (seperti orangnya?! Ups). Ketika menuliskannya pertama yang saya tulis adalah impian-impian besar, 2 tahun dari sekarang, 5 tahun kemudian, 10 tahun. Lama-kelamaan saya kehabisan akal. Apalagi ya? Terkadang saya juga menulis kemudian saya menghapusnya dengan bergumam "ah.. Masak keinginan seperti ini ?!" hemm terkadang kita ragu dengan keinginan kita yang mungkin sepele. Misal rena...
Komentar
Posting Komentar