prolog Puan

apakah kau perempuan ?

perkenalkan, namaku Perempuan. panggil aku Puan.
sejak kecil orang disekitarku memanggilku den Puan karena kakek buyutku adalah bangsawan pada masanya.

aku Puan. hidup dalam keluarga besar bersama kakek nenek dan kedua orang tuaku serta tinggal di kampung yang hampir semua punya nasab saudara.
sebagai keluarga jawa, aku dididik menjadi "perempuan" yang seutuhnya. Mereka mengajariku memasak, menyiapkan meja makan, membuat kudapan untuk pagi dan sore hari dan juga bagaimana membagi menu untuk tiap anggota keluarga. tentu saja porsi dan jatah mereka semua berbeda.

dalam dunia para perempuan ini -aku, nenek, ibu- ada satu prinsip yang tak akan pernah dilanggar dalam hal apapun.yaitu laki-laki untuk dilayani, tak peduli siapa dia, tapi dia berhak mendapat layanan sesuai kadarnya.
kakekku yang seorang guru sangat disegani tak hanya di luar sana tapi juga di rumah. ia memiliki kamar yang paling besar, memiliki gelas khusus yang ukurannya besar, piring khusus dan peralatan makan lainnya, kursi khusus yang selalu ia duduki. tak ada orang lain yang berani menggunakan semua peralatan itu, kecuali aku saat masih balita -dapat dimaklumi-

setiap azan dluhur berkumandang, kakekku pulang dari kebunnya, menyiapkan air panas untuk mandi. setelah sholat berjama'ah dengan nenekku beliau duduk di singgasananya, memandang halaman tengah sambil berdendang uro-uro jawa dari radio kuno yang tak pernah mati mulai subuh hingga maghrib. sementara itu nenekku sibuk menyiapkan makan siang. perlu kau ketahui, dalam kamarnya yang luas, di salah satu sudutnya terdapat meja kecil khusus untuk beliau menikmati makan siang. disana nenekku menghidangkan sebakul kecil nasi, piring besar yang hanya digunakan olehnya, lauk dan sayur semua dalam porsi untuk kakekku saja. anggota keluarga yang lain silakan ambil di meja makan sendiri. dan tentu saja, aku juga diajarkan cara menyiapkan porsi tuan besar itu.

sepotong kisah tentang rutinitas perempuan dan apa yang harus dikerjakan perempuan di keluargaku.
lalu, jangan berpikir bahwa para perempuan itu merasa tersingkir, tak dihargai, sebelah mata atau rasa ketidak adilan lainnya. mereka sebaliknya, bangga dan tulus ikhlas melakukan semua hal yang menjadi kewajiban mereka.
ya, mencintai lelaki membuat mereka merasa wajib melayani sepenuh hati.

aku Puan. salah satu kegagalan dari proses pendidikan perempuan di sebuah keluarga jawa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

sederhana yang hebat

Rasa yang Menjagamu

Saat-saat Aku Tidak Membela Ibu (piece 1)