Rasa Baru
Assalamu'alaikum,
Dear Banyu,
Hari ini diawali dengan pagi berkabut nan dingin
Aku membuka jendela pagi ini dengan malas.
Langit nampak mendung dan fajar pagi tak nampak.
Tapi aku tetap harus beranjak pagi benar.
Seseorang dan beberapa lainnya telah menantiku di kota seberang.
Selepas shubuh aku berangkat.
Angin dingin ramai sekali menyelip disela-sela cardigan tipisku.
Tapi pagi ini tetap pagi seperti biasa bukan, Banyu ?
Pagi seperti biasanya ketika matahari hendak terbit, sembahyang dan mandi dengan air seperti es.
Seperti biasanya,
Kecuali,
aku sudah melewatkan beberapa malam ini tanpamu.
Cerita harian juga seperti biasanya.
Tentang presiden yang tidak salah satupun kita idolakan.
Tentang ricuh perang di Ghaza yang sedang marak kembali.
Tentang Ayahku yang kemarin biasa-biasa saja.
Tentang nenekku yang setiap pagi membangunkan seisi rumah dengan suaranya yang lantang, namun menangis meringkuk kesepian menjelang mata terpejam.
Atau tentang bangun siangku, tentang menu sahur pagiku, tentang klub sepak bola yang kita anggap tak penting tapi tetap kita ikuti beritanya ?
Atau tentang keponakanku yang kubanggakan ?
Sama, seperti biasa
kecuali, semua itu kulewati tanpamu.
Ah Banyu,
Terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Karena kita membicarakan segalanya. Semua isi otak kita.
Hingga kadang tersimpan jeda di antara obrolan kita yang panjang.
Kita bukannya sama, tapi kita sudah hampir menjadi sama.
Kecuali beberapa hal remeh seperti selera makanan kita yang jauh berbeda.
Kurasa,
Jeda ini mengajarkanku satu rasa baru.
Rindu.
Dear Banyu,
Hari ini diawali dengan pagi berkabut nan dingin
Aku membuka jendela pagi ini dengan malas.
Langit nampak mendung dan fajar pagi tak nampak.
Tapi aku tetap harus beranjak pagi benar.
Seseorang dan beberapa lainnya telah menantiku di kota seberang.
Selepas shubuh aku berangkat.
Angin dingin ramai sekali menyelip disela-sela cardigan tipisku.
Tapi pagi ini tetap pagi seperti biasa bukan, Banyu ?
Pagi seperti biasanya ketika matahari hendak terbit, sembahyang dan mandi dengan air seperti es.
Seperti biasanya,
Kecuali,
aku sudah melewatkan beberapa malam ini tanpamu.
Cerita harian juga seperti biasanya.
Tentang presiden yang tidak salah satupun kita idolakan.
Tentang ricuh perang di Ghaza yang sedang marak kembali.
Tentang Ayahku yang kemarin biasa-biasa saja.
Tentang nenekku yang setiap pagi membangunkan seisi rumah dengan suaranya yang lantang, namun menangis meringkuk kesepian menjelang mata terpejam.
Atau tentang bangun siangku, tentang menu sahur pagiku, tentang klub sepak bola yang kita anggap tak penting tapi tetap kita ikuti beritanya ?
Atau tentang keponakanku yang kubanggakan ?
Sama, seperti biasa
kecuali, semua itu kulewati tanpamu.
Ah Banyu,
Terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Karena kita membicarakan segalanya. Semua isi otak kita.
Hingga kadang tersimpan jeda di antara obrolan kita yang panjang.
Kita bukannya sama, tapi kita sudah hampir menjadi sama.
Kecuali beberapa hal remeh seperti selera makanan kita yang jauh berbeda.
Kurasa,
Jeda ini mengajarkanku satu rasa baru.
Rindu.
Komentar
Posting Komentar