untuk Banyu, ps. waktu
Banyu,
aku membaca tulisanmu di koran hari ini.
ya seperti yang sudah kita sepakati bahwa kita akan menciptakan spasi yang bisa jadi akan memisahkan kita atau menghubungkan kita (lagi)
maka yang ku lakukan hanyalah "gambling" mencarimu. berharap-harap jika sekali lagi tulisanmu dimuat di surat kabar itu.
ini sulit bagiku, karena kita terbiasa bicara, saling bicara dan tiba-tiba saja aku tak punya teman bicara.
air telagamu tak lagi mengaliri tanahku
dan aku merasa kemarau mengunjungi ladang
Banyu,
kau seperti biasa,
mengagumkan bagiku
dan tulisanmu hari ini aku suka.
kau bicara tentang sebuah satuan waktu.
sesuatu yang pernah sekedar ku dengar suatu hari yang lalu.
namun tulisanmu mengupasnya dengan cantik, mengalir dan dalam.
kau benar-benar selayak telaga.
waktu,
kestabilan hukum di dunia ini.
waktu bergerak dengan konstan, ritmik dan reguler.
tak pernah terlambat, tidak semakin penjang atau pendek.
namun manusia yang terikat dalam hukum waktu ini seringkali tak memahami bahwa merekalah yang terlalu lambat atau justru tergesa. seolah mengubah dimensi waktu yang berubah.
waktu, katamu juga masalah satuan yang berbeda antara bumi dan langit
dimensi dunia memiliki hukum tersendiri dalam menghitung ukuran waktu.
langit dalam artian Pemilik bumi juga memiliki hitungan tersendiri.
pernahkah kau mendengar tentang teori ketiadaan waktu, Banyu ?
ilmuwan itu berkata bahwa sebenarnya waktu hanyalah sebuah persepsi dari urutan kejadian yang kita bandingkan antara yang sedang terjadi dengan kejadian yang tersimpan dalam memori ataupun dengan kejadian yang kita angankan akan terjadi.
dia menegaskan bahwa jika manusia tidak memiliki daya ingat, maka sebenarnya waktu adalah nihil.
otak kita terbiasa dengan urutan kejadian yang merangkai sebuah satuan bernama waktu dan kita berpikir bahwa waktu berjalan ke depan.padahal kenyataannya kita tidak pernah tahu bagaimana sebenarnya waktu berjalan.
waktu adalah sebuah relativitas.
karena waktu akan berjalan dengan berbeda jika kita menggunakan alat ukur yang berbeda.
sebagai contoh masehi dan hijriyah.
sekarang, relativitas waktu ini tergambar jelas ketika kita bermimpi.
dalam mimpi kita merasa melaluinya selama berjam-jam, padahal bisa saja hanya terjadi dalam hitungan menit atau detik.
ada sebuah ayat dari kitab kita yang menceritakan sebenarnya malaikat jibril naik menghadap kepada tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
hemm, hanya begitu yang baru aku tahu. jika saja kau ada disini pasti kita mendiskusikannya dan sedikit berani untuk membuat kesimpulan. sepi sekali rasanya otakku ini...
aku teringat katamu dulu, bahwa dunia ini permainan saja. sejenak saja, seperti mimpi. lalu kau memintaku untuk mengamini do'amu...
aku juga rindu, rindu padamu.
tapi, rasanya kau tak boleh cemburu jika aku lebih rindu pada yang kau sebut ruang keabadian.
:)
nb. oya, bisakah kau tebak, siapa ilmuwan yang mengatakan tentang relativitas waktu itu ? ^^
aku membaca tulisanmu di koran hari ini.
ya seperti yang sudah kita sepakati bahwa kita akan menciptakan spasi yang bisa jadi akan memisahkan kita atau menghubungkan kita (lagi)
maka yang ku lakukan hanyalah "gambling" mencarimu. berharap-harap jika sekali lagi tulisanmu dimuat di surat kabar itu.
ini sulit bagiku, karena kita terbiasa bicara, saling bicara dan tiba-tiba saja aku tak punya teman bicara.
air telagamu tak lagi mengaliri tanahku
dan aku merasa kemarau mengunjungi ladang
Banyu,
kau seperti biasa,
mengagumkan bagiku
dan tulisanmu hari ini aku suka.
kau bicara tentang sebuah satuan waktu.
sesuatu yang pernah sekedar ku dengar suatu hari yang lalu.
namun tulisanmu mengupasnya dengan cantik, mengalir dan dalam.
kau benar-benar selayak telaga.
waktu,
kestabilan hukum di dunia ini.
waktu bergerak dengan konstan, ritmik dan reguler.
tak pernah terlambat, tidak semakin penjang atau pendek.
namun manusia yang terikat dalam hukum waktu ini seringkali tak memahami bahwa merekalah yang terlalu lambat atau justru tergesa. seolah mengubah dimensi waktu yang berubah.
waktu, katamu juga masalah satuan yang berbeda antara bumi dan langit
dimensi dunia memiliki hukum tersendiri dalam menghitung ukuran waktu.
langit dalam artian Pemilik bumi juga memiliki hitungan tersendiri.
pernahkah kau mendengar tentang teori ketiadaan waktu, Banyu ?
ilmuwan itu berkata bahwa sebenarnya waktu hanyalah sebuah persepsi dari urutan kejadian yang kita bandingkan antara yang sedang terjadi dengan kejadian yang tersimpan dalam memori ataupun dengan kejadian yang kita angankan akan terjadi.
dia menegaskan bahwa jika manusia tidak memiliki daya ingat, maka sebenarnya waktu adalah nihil.
otak kita terbiasa dengan urutan kejadian yang merangkai sebuah satuan bernama waktu dan kita berpikir bahwa waktu berjalan ke depan.padahal kenyataannya kita tidak pernah tahu bagaimana sebenarnya waktu berjalan.
waktu adalah sebuah relativitas.
karena waktu akan berjalan dengan berbeda jika kita menggunakan alat ukur yang berbeda.
sebagai contoh masehi dan hijriyah.
sekarang, relativitas waktu ini tergambar jelas ketika kita bermimpi.
dalam mimpi kita merasa melaluinya selama berjam-jam, padahal bisa saja hanya terjadi dalam hitungan menit atau detik.
ada sebuah ayat dari kitab kita yang menceritakan sebenarnya malaikat jibril naik menghadap kepada tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.
hemm, hanya begitu yang baru aku tahu. jika saja kau ada disini pasti kita mendiskusikannya dan sedikit berani untuk membuat kesimpulan. sepi sekali rasanya otakku ini...
aku teringat katamu dulu, bahwa dunia ini permainan saja. sejenak saja, seperti mimpi. lalu kau memintaku untuk mengamini do'amu...
"Tuhan, jauhkanlah kami dari neraka dan jadikan kami penghuni surgamu yang mulia"begitu katamu.
Ruang keabadian itu yang aku rindukan, Langit.
aku juga rindu, rindu padamu.
tapi, rasanya kau tak boleh cemburu jika aku lebih rindu pada yang kau sebut ruang keabadian.
:)
nb. oya, bisakah kau tebak, siapa ilmuwan yang mengatakan tentang relativitas waktu itu ? ^^
Komentar
Posting Komentar