sederhana yang hebat
Saya teringat,seringkali motivator menyarankan pada kita untuk membuat list impian. Tujuannya untuk menjadikannya "real" keluar dari awang-awang pikiran yang mudah sekali terlupakan.
Saya sangat setuju dengan gagasan tersebut.
Suatu kali saya mencoba tantangan Marwah Daud Ibrahim untuk menuliskan 100 keinginan yang akan kita wujudkan. Dan ternyata sulit juga untuk menemukan keinginan-keinginan tersebut. Ternyata setelah kita mencoba "merealisasikan" dalam bentuk tulisan, mencernanya dan melerainya satu persatu dan hasilnya sangat memalukan. Campur-campur tidak beraturan (seperti orangnya?! Ups). Ketika menuliskannya pertama yang saya tulis adalah impian-impian besar, 2 tahun dari sekarang, 5 tahun kemudian, 10 tahun. Lama-kelamaan saya kehabisan akal. Apalagi ya? Terkadang saya juga menulis kemudian saya menghapusnya dengan bergumam "ah.. Masak keinginan seperti ini ?!" hemm terkadang kita ragu dengan keinginan kita yang mungkin sepele. Misal renang tiap weekend atau mandiin kucing 2 minggu sekali. Saya anggap itu hal remeh, bukan impian hebat.
Namun akhir-akhir ini saya berpikir kembali. 2 keinginan yang saya hapus tadi boleh jadi remeh, sepele, tidak tercapai juga tidak masalah, saya akan tetap jadi dokter dengan tidak rutin berenang atau bahkan tidak bisa berenang. Tapi ada nilai lebih yang tersembunyi dari keduanya. Yaitu konsiste menjalankannya. 2 keinginan tersebut membutuhkan konsistensi untuk mendapatkan hasil. Berenang rutin setiap akhir pekan dan memandikan kucing setiap 2 minggu sekali adalah keinginan yang keberhasilannya adalah ketika saya dalam hitungan sekian tahun ke depan sejak keinginan itu ditulis, saya masih konsisten dengan berenang setiap minggu dan memandikan kucing peliharaan 2 minggu sekali. Itu baru berhasil. Itu konsisten. Keajegan.
Dalam sudut pandang yang lain, saya ingat guru saya semasa di madrasah mengajarkan sebuah hadits tentang ibadah.
عن عائشة بنت أبي بكر الصديق –رضي الله عنهما- قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ وَإِنْ قَلَّ )) متفق عليه , و اللفظ لمسلم Dari ‘Aisyah binti Abi Bakr Ash-shiddiq –radhiallahu anhuma- berkata : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda : “Amalan yang lebih dicintai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan walaupun sedikit”.HR Bukhari dan Muslim, dengan lafazh Muslim.
Ibnul Jauzi juga berkata : Sesungguhnya Allah lebih mencintai amalan yang dilakukan secara rutin disebabkan 2 hal:
- Bahwa orang yang meninggalkan suatu amalan setelah ia membiasakannya bagaikan orang yang berpaling setelah ia sampai tujuan, maka ia seolah-olah berpaling dari amalan tersebut, maka dari itu ada ancaman bagi orang yang hafal satu ayat kemudian melupakannya, walaupun sebelum ia hapal belum wajib baginya menjaga hapalan tersebut.
- Bahwa merutinkan suatu kebaikan merupakan bentuk pengabdian yang terus-menerus, sehingga orang yang mendiami suatu pintu dalam satu waktu setiap harinya tidak sama dengan orang yang mendiaminya seharian penuh tapi kemudian ia tinggalkan.
Bagi saya, hadits ini mengingatkan saya pada konsistensi, sebuah keteraturan. Lebih baik sedikit terus menerus dari pada besar, sekali dan tidak berkelanjutan.
Aplikasi sederhana dalam kehidupan sehari-hari juga banyak, contoh kecilnya lebih baik belajar setiap hari sedikit-sedikit dari pada SKS sebelum ujian. ~ Lebih baik makan teratur pagi siang/ sore dari pada rapel malam saja. ~Lebih baik membersihkan rumah setiap hari dari pada menunggu hingga seminggu. ~Lebih baik mandi 2 kali sehari dari pada sekali setiap malam jumat (lhoh.. Ngelantur).
Apakah hal itu juga amalan yang dinilai ibadah ? Tentu saja, ingatkan apa definisi ibadah itu ? Ibadah ada 2 macam, ibadah khusus atau mahdhoh dan ibadah umum. Ibadah khusus adalah ibadah yang tatacara pelaksanaannya sudah ditetapkan olah Allah dan dicontohkan oleh rasul SAW. Sedang ibadah umum, adalah segala sesuatu yang kita lakukan dengan niat untuk beribadah pada Allah, seperti bekerja dengan niat menafkahi keluarga, tersenyum untuk niat membahagiakan orang lain, makan sebagai ibadah untuk mensyukuri raga yang sehat anugerah dari Allah. Semua hal menjadi ibadah.
Sekian refleksi singkat yang penuh kekurangan ini, begitupun begitu dangkal akan ilmu pengetahuan.
Lalu apakah saya sudah konsisten dengan ibadah saya ? Saya jawab belum.
Dan mari kita mulai dan berusaha untuk konsisten melaksanakannya.
Salam,
:)
Komentar
Posting Komentar